MAKASSAR24, MAKASSAR – PKM Nasional ADPERTISI 2024 yang berlangsung pada Rabu, 6 November 2024 di Kabupaten Pangkep kembali membawa dampak positif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Program ini diikuti oleh dosen dari berbagai perguruan tinggi di Makassar sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Di antara peserta, tiga dosen dari Universitas Sawerigading Makassar, yaitu Risma A. Azis Genisa, S.S., M.Hum, Masdianti, S.Pd., M.Pd., dan Risnawaty Alyah, S.T., M.T., hadir dengan tema yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Bertempat di Aula Desa Tabo-Tabo, Kecamatan Bungoro, Risma bersama rekan pemateri lainnya menyampaikan topik terkait Penguatan Literasi Masyarakat Sebagai Upaya Preventif Terjadinya Perundungan atau Penindasan. Kegiatan tersebut dihadiri dengan antusias oleh tokoh masyarakat, kepala dusun, serta anggota komunitas setempat. Risma menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak perundungan, baik secara verbal, fisik, relasional, hingga cyberbullying, terutama di lingkungan terdekat seperti keluarga dan sekolah. “Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, melainkan juga pemahaman terhadap hak dan tanggung jawab kita sebagai anggota komunitas. Literasi ini diharapkan dapat menjadi dasar pendidikan karakter serta mendorong sinergi dari berbagai pihak untuk mencegah perilaku perundungan,” tegasnya dengan penuh keyakinan.
Masdianti melanjutkan dengan memaparkan bahwa dampak bullying bisa memicu depresi bahkan pikiran untuk bunuh diri. Oleh karena itu, penguatan literasi dan pengetahuan hukum penting untuk membangun kesadaran bersama agar tidak terlibat dalam perilaku perundungan.
Sementara itu, di Balocci, Risnawaty bersama para pemateri lainnya menjawab pertanyaan warga terkait cara aman penggunaan listrik di rumah tangga. “Kita bisa mulai dari hal-hal kecil seperti mematikan alat elektronik yang tidak digunakan,” paparnya. Ia juga menekankan pentingnya pencegahan dini terhadap bahaya penggunaan energi listrik yang tidak tepat, yang dapat berisiko menyebabkan kebakaran di lingkungan masyarakat, terutama di rumah tangga. Dengan pemahaman ini, diharapkan warga dapat lebih waspada dalam memastikan instalasi listrik di rumah masing-masing aman dan terawat dengan baik.
Kegiatan PKM di dua desa tersebut berjalan lancar dan interaktif. Di akhir acara, para peserta di Desa Tabo-Tabo maupun Balocci Baru diberikan kesempatan untuk bertanya kepada para pemateri. Salah seorang warga di Tabo-Tabo bertanya apakah tindakan memanggil dengan julukan yang menyakitkan termasuk bentuk perundungan. Menanggapi hal ini, Risma menjelaskan bahwa segala bentuk panggilan yang merendahkan martabat seseorang, baik sengaja atau tidak, apalagi jika seseorang itu tidak menerima jika di panggil dengan sebutan tersebut maka termasuk perundungan verbal, dan hal ini penting untuk diselesaikan secara kekeluargaan sebelum berdampak lebih jauh.
Di Balocci, Risnawaty dan pemateri lainnya menjawab berbagai pertanyaan tentang keamanan listrik, memberikan tips praktis agar masyarakat lebih waspada. Acara diakhiri dengan sesi foto bersama serta pemberian hadiah kepada peserta aktif, sebagai bentuk apresiasi dan pengingat pentingnya kolaborasi antara akademisi dan masyarakat setempat dalam mewujudkan kemandirian dan kesadaran literasi yang lebih tinggi. (*)